Bob Sadino merupakan pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket) dengan penghasilan lumayan banyak. ia merupakan salah satu figur entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari nol, dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. bahkan ia pernah menjadi sopir taksi dan karyawan Unilever, hingga akhirnya menjadi pengusaha sukses seperti sekarang ini.
Awal karier bisnis Bob adalah menjadi salah satu pekerja di Unilever selepas SMA tahun 1953. setelah itu ia masuk ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia, karena ikut-ikutan teman, namun tidakberlanngsung selama beberapa bulan. Kemudian Bob bekerja pada McLain and Watson Coy sejak tahun 1958, dan selama 9 tahun berkelana di Amsterdam dan Hamburg.
Bob pulang ke tanah air dan bertekad untuk tidak ingin lagi menjadi karyawan yang diperintah oleh atasan. Pada waktu itu, Bob hanya mempunyai modal yang ia bawa dari Eropa berupa 2 sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Salah satunya dijual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Yang lainnya dijadikan taksi, dan Bob sebagai sopirnya.
Nahas menimpa Bob, suatu kali mobil itu disewakan, ternyata bukan uang sewa yang diterimanya, melainkan berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. Selepas itu Bob terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan. Upahnya kala itu hanya Rp.100,00 perhari. Padahal saat itu istrinya (Soelami Soejoed) yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri sebenarnya bisa mencukupi dengan turut bekerja, Tetapi Bob bersikeras kalau dirinyalah yang menjadi kepala keluarga dan harus mencari nafkah.
Pada suatu hari, temannya menyarankan Bob untuk memelihara ayam sebagai obat melawan depresi yang dialamiya, ternyata Bob tertarik. Kala itu ia berfikir bahwa ayam saja bisa berjuang untuk hidup, padahal hanya bermodal paruh dan kaki.
Bob beralih menjadi seorang peternak ayam. Awalnya, ia hanya diberi 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Kandang ayam ia dirikan, dan ternyata tidak sia-sia. Bahkan dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya sudah memiliki banyak langganan, terutama orang asing lantaran Bob fasih berbahasa Inggris. Setelah itu, lama-kelamaan Bob menjadi pemilik tunggal supermarket (pasar swalayan) Kem Chicks.
Bob pulang ke tanah air dan bertekad untuk tidak ingin lagi menjadi karyawan yang diperintah oleh atasan. Pada waktu itu, Bob hanya mempunyai modal yang ia bawa dari Eropa berupa 2 sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Salah satunya dijual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Yang lainnya dijadikan taksi, dan Bob sebagai sopirnya.
Nahas menimpa Bob, suatu kali mobil itu disewakan, ternyata bukan uang sewa yang diterimanya, melainkan berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. Selepas itu Bob terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan. Upahnya kala itu hanya Rp.100,00 perhari. Padahal saat itu istrinya (Soelami Soejoed) yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri sebenarnya bisa mencukupi dengan turut bekerja, Tetapi Bob bersikeras kalau dirinyalah yang menjadi kepala keluarga dan harus mencari nafkah.
Pada suatu hari, temannya menyarankan Bob untuk memelihara ayam sebagai obat melawan depresi yang dialamiya, ternyata Bob tertarik. Kala itu ia berfikir bahwa ayam saja bisa berjuang untuk hidup, padahal hanya bermodal paruh dan kaki.
Bob beralih menjadi seorang peternak ayam. Awalnya, ia hanya diberi 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Kandang ayam ia dirikan, dan ternyata tidak sia-sia. Bahkan dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya sudah memiliki banyak langganan, terutama orang asing lantaran Bob fasih berbahasa Inggris. Setelah itu, lama-kelamaan Bob menjadi pemilik tunggal supermarket (pasar swalayan) Kem Chicks.
2 komentar:
Wah.... patut di tiru tuh om Bob,
mantap lah
wew keren sangat memotivasi
Posting Komentar